Primbon Jawa Perjodohan: Akad Nikah Pengantin

Berikut ini "primbon Jawa perjodohan" untuk akad nikah pengantin. Di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, kebanyakan masyarakatnya masih menganut kepercayaan tentang hari atau bulan baik untuk melangsungkan pernikahan. Sedangkan dalam Islam sendiri dianggap semua hari adalah baik. Tetapi tidak ada salahnya untuk mengikuti petunjuk para leluhur sebelum kita dalam melangsungkan sebuah acara pernikahan.
Berikut ini beberapa petunjuk dari sebuah primbon Jawa perjodohan untuk acara akad nikah, sesuai bahasa aslinya (bahasa Jawa) karena memang kebnyakan yang memakai primbon ini adalah mereka yang berasal dari Jawa.
  • Suro : tukar padu, nemu kerusakan. (jangan dilanggar)
  • Sapar : kekurangan, sugih utang. (boleh dilanggar)
  • Maulud : mati salah siji. (jangan dilanggar)
  • Rabiul Akhir : tansah dicatur an nemu ujar ala. (boleh dilanggar)
  • Jumadilawal : kerep kelangan, kapusan, sugih satru. (boleh dilanggar)
  • Jumadilakhir : sugih mas salaka.
  • Rejeb : sugih anak an slamet.
  • Ruwah : rahayu ing sakabehe.
  • Pasa : cilaka gedhe. (jangan dilanggar)
  • Syawal : kekurangan, sugih utang. (bisa dilanggar)
  • Dzulhijah : gering, kerep pasulayan lan mitra. (jangan dilanggar)
  • Besar : sugih nemu suka harja.
Jadi bulan baik untuk melangsungkan acara pernikahan (akad nikah) yaitu pada bulan : Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah dan Besar. Dan melihat keterangan di atas "jangan dilanggar" artinya pada bulan tersebut memang sama sekali tidak boleh untuk melangsungkan acara pernikahan, mengingat kejadian yang kurang baik pada waktu-waktu terdahulu akibat melanggarnya. 
Sedang pada keterangan "boleh dilanggar" berarti bila memang terpaksa dan sangat mendesak karena sesuatu, pada bulan tersebut boleh dilangsungkan acara pernikahan. Tetapi sebaiknya memakai bulan baik yang dianjurkan untuk melangsungkan acara pernikahan.
Mengenai percaya atau tidak percaya terhadap primbon Jawa tersebut, tentunya tergantung masing-masing dari kita untuk menyikapinya. Tetapi primbon Jawa dibuat berdasarkan pengalaman para leluhur tentang banyak kejadian yang diingat dan kemudian dituliskan dalam sebuah buku primbon. Hal ini tentunya dengan tujuan agar anak cucu para generasi selanjutnya tidak melakukan kesalahan yang sama karena salah perhitungan. Tetapi bagaimanapun juga, kehendak Allah adalah mutlak, dan kita hanya berusaha, salah satunya dengan mempertimbangkan adanya perhitungan Primbon Jawa Perjodohan untuk akad nikah ini berdasarkan bulan acara, selain itu ada juga Primbon Weton. (sumber: Primbon Betaljemur Adammakna)

0 comments:

Posting Komentar